Dulu, diri inilah ratu kesepian
Kucuba menjauhkan diri, tak mahu lagi dibelenggu kesepian
Tak rela lagi ditemani air mata
Tak sudi lagi menjadi tetamu kesengsaraan
Tuhan, terlalu sukar diri ini menerima dugaanmu
Tatkala matanya menatap mataku
Ada debaran yang tersirat di sebalik senyuman
Tak mampu aku membohongi lagi diriku
Tidak tersedar juga olehku
Ada titisan air jernih mengalir di pipi
Tak mengerti olehku apa yang tersirat
Sepi kembali mencengkam bila dia hilang
Kupejamkan mata, ada dia yang menantiku
Benarlah apa yang dikata, keindahan dia hanya akan disedari
bila tiada dia di depan mata
Lamarannya menggoncang perasaanku
Angan, impian dan bahagia bercampur semuanya
Bersatu semua dalam satu persetujuan
Pergilah sepi…
Pergilah jauh tanpa mengingatiku lagi
Telah usai semua yang terimpi di jiwa
Ada dia yang sering menatap diriku
Dia merenung kasih mataku
Telah menjerat hatiku di dalam cintanya
Kuakui satu yang terindah dalam hidupku
Kini ada padanya…
Pergilah sepi…
Aku hanya inginkan sebuah cerita cinta indah
Kutelah mengerti maknanya cinta
Terindah seperti dalam cerita dongeng
Jauhkanlah bayanganmu dariku, sepi…
Aku terlalu percaya
Bila kegirangan singgah di hati…
Kesepian pun terus berlalu pergi…
Tuhanku, jangan kau rampas segala kebahagiaan ini di saat ia
mekar mewangi
(11.50 a.m.-12.02 p.m.
21 Mac 2003)
No comments:
Post a Comment